Tari Kupu – Kupu Kuning Desa Wisata Dukuh Penaban

Tari Kupu – Kupu Kuning Desa Wisata Dukuh Penaban

Tari Kupu – Kupu Kuning Desa Wisata Dukuh Penaban

Tari Kupu – Kupu Kuning Merupakan tarian yang geraknya tidak selalu beraturan karena sangat tergantung dari exspresi/taksu dari yang menarikan, seperti kupu-kupu asli yang dia terbang kemana dia suka bersama teman-temannya.

Tarian kupu kupu kuning ini mengisahkan perjalanan religius sekelompok kupu – kupu kuning pada saat mengawal prajurit raja Karangasem pimpinan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem akan menyerang kerajaan Selaparang di Lombok. Pada hari Anggara Umanis Perangbakat saka 1614 atau 1692 M.

Pagi-pagi hari itu berangkatlah empat buah perahu berlayar dari pantai Jasri yang dipimpin raja Anglurah Ketut Karangasem bersama Arya Kertawaksa serta diiringi oleh 40 orang prajurit kebal dari desa Seraya. Mula-mula menyusuri pantai, kemudian mengarungi samudra lepas Selat Lombok.

Waktu itulah nampak diangkasa yang cerah, ribuan kupu-kupu kuning terbang bergelombang ikut menyeberangi selat Lombok yang terkenal deras arusnya. Kupu-kupu itu datang dari arah Barat Laut mengikuti perahu yang meniti arus, terbang menatap cahaya surya, nampak bagaikan emas gemerlap. Ada beberapa kelompok mendahului perahu, seakan-akan sebagai petunjuk jalan,
penunjuk arah yang harus diikuti.

Beberapa kelompok yang lebih besar jumlahnya berada di belakang perahu, kadang-kadang melaju ke depan, lagi ke belakang, seolah-olah menjadi tunggul dan bendera kerajaan. Semua orang di atas perahu menjadi heran memandang ribuan kupu-kupu kuning terbang memenuhi angkasa menyertai perjalanan mereka.

Ternyata kupu-kupu kuning yang jumlahnya ribuan inilah dianugrahkan oleh Ida Betara Alit Sakti di Pura Bukit untuk mengikuti perjalanan pamannya. Sesaat setelah keberangkatan perahu yang mengangkut laskar Karangasem itu, daun kayu kepel yang lebat di Pura Bukit, berguguran menjelma menjadi kupu-kupu kuning yang terbang memenuhi angkasa, mengikuti perjalanan Raja Anglurah Ketut Karangasem mengembangkan daerah kekuasaan ke Pulau Lombok.

Konon pohon kayu kepel yang hingga kini masih kokoh berdiri di Pura Bukit adalah tongkat dari ibunda Betara Alit Sakti tatkala berjalan dari puri Amlaraja menuju arah Timur hingga sampai ke sebuah dataran tinggi yang kemudian disebut Pura Bukit dimana akhirnya tongkat itu ditancapkan.