Kamis, 9 Januari 2025, bertempat di Museum Pustaka Lontar, desa wisata Dukuh Penaban, Karangasem, Yayasan Karya Buana Lestari melaksanakan kegiatan rutin digitalisasi, konservasi, dan penarasian lontar Bali bersama penyuluh bahasa Bali yaitu Ibu Ni Luh Putu Rika Darmayanti dan Bapak I Nyoman Sutrisna serta tim dokumentasi Yayasan Karya Buana Lestari. Hasil kegiatan ini yaitu terdapat 2 lontar bali yang berhasil dilakukan konservasi, digitalisasi, serta penarasian.
Adapun lontar yang dimaksud antara lain :
1. Kertha Basa : lontar ini memuat tentang beberapa hal yaitu : 1. persamaan arti dari bahan-bahan yang digunakan untuk obat dan lainnya, seperti : gandrat = gandolo, wareg = bangiang, cangkreng = canging, medong = kayu sakti, sura matangkis = dapdap, waribang = pucuk, meneng= kayu mendep. 2. cara pengobatan berbagai penyakit dengan menggunakan rempah-rempah(umbi-umbian) yang ditulis untuk atau rerajahan, dilengkapi dengan merapalkan japa mantra.
2. Raja Pinulah : lontar ini memuat tentang asal mula dunia berserta isinya yang disebut Sang Hyang Guru Reka, Hyang Tunggal, Hyang Parama Wisesa, Sang Hyang Taya, Sang Hyang Acintya dan Guru Siwa. Selain itu memuat tentang kehidupan manusia dari dalam kandungan sampai lahir, hidup dan mati mempunya 4 (empat) saudara yang disebut catur sanak, nama masing-masing sanak berbeda-beda menurut usia manusia itu sendiri.
Yayasan Karya Buana Lestari secara konsisten menggelar kegiatan pelestarian lontar sebagai bagian dari upaya konservasi warisan budaya Bali. Kegiatan seperti ini diharapkan dapat terus berlanjut, mengingat banyak lontar yang masih membutuhkan perhatian khusus untuk diselamatkan. Dengan sinergi antara lembaga pelestarian budaya, pemerintah, dan masyarakat, kelangsungan warisan intelektual Bali dapat terjaga, memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan yang akan datang.